Salah satu rangkaian kegiatan Festival Budaya Ngada 2025 menghadirkan Napak Tilas Jejak Sejarah Kota Bajawa yang berlangsung pada Selasa, 30 September 2025. Kegiatan ini dipandu oleh sejarawan Ngada, Daud Elbaran, dengan tujuan menggali kembali jejak sejarah dan bangunan-bangunan tua di Kota Bajawa yang kini sebagian besar sudah jarang diketahui masyarakat.

Sejarawan Daud Elbaran menegaskan, jejak sejarah di Kabupaten Ngada sudah banyak terabaikan. Beberapa bangunan masih berdiri tegap, namun keberadaannya kurang dikenal publik, bahkan ada yang sudah musnah. Padahal, bangunan-bangunan tersebut menyimpan data penting tentang peradaban, pemenuhan kebutuhan dasar seperti air bersih, hingga jejak pemerintahan di masa lampau.

Kegiatan ini sekaligus menjadi momentum untuk menelisik kawasan cagar budaya di Bajawa dan sekitarnya. Beberapa bangunan yang menjadi sorotan antara lain: Gedung Tua Sekolah Rakyat Pertama (1915) yang kini menjadi Gedung PWRI, penjara tua yang dikenal dengan sebutan Baru Dheke, Kantor Swapraja, Kantor DPRD pertama, kawasan Pecinan, Rumah Jabatan Bupati Ngada, Gereja MBC yang dibangun pada 11 Oktober 1921 dengan pastor paroki pertama Pater Geradus Schorlemer, serta rumah persanggahan. Selain itu, masih terdapat peninggalan seperti eks Kantor Kecamatan Ngada Bawa, Mapolres Ngada, eks Kantor BKD Ngada, hingga bak penampungan air di Tanalodu Bajawa.

Peserta Napak Tilas terdiri dari para siswa mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA. Melalui kegiatan ini, diharapkan tumbuh kesadaran generasi muda tentang pentingnya menjaga dan melestarikan cagar budaya di Kota Bajawa. Kegiatan edukatif ini tidak hanya memberi pengetahuan, tetapi juga menjadi pemantik semangat pelestarian sejarah agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang.
0 Komentar