Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngada, melalui Bidang Kebudayaan, melakukan inventarisasi warisan budaya pembuatan Wuli yang kini terancam kelestariannya. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari upaya pengusulan Wuli menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) serta pembuatan film dokumenter yang kini tengah diproduksi.
Salah satu tahapan penting dalam proses ini adalah pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) Kebudayaan yang digelar di ruang kerja Bidang Kebudayaan, Sabtu (17/5/2025). FGD ini bertujuan menggali pengetahuan mendalam mengenai Wuli, baik dari sisi proses pembuatan, nilai sosial-budaya, hingga dampak ekonomi bagi para pengerajin.

“Pengumpulan materi tentang Wuli ini merupakan bagian dari pendokumentasian untuk dijadikan film dokumenter dan diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Proses perlindungan dilakukan mulai dari inventarisasi, pendokumentasian dalam PPKAD, hingga pemanfaatannya sebagai bahan ajar di lembaga pendidikan,” jelas Paschalia. Ia juga menambahkan bahwa saat ini proses produksi film dokumenter sedang berlangsung.

Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan dalam kegiatan ini, diketahui bahwa pembuat Wuli di Ngada saat ini hanya tersisa satu orang, yaitu Yohanes Nono, asal Tololela yang kini berdomisili di pesisir Aimere. Dari hasil diskusi yang dilakukan oleh BPK dan Tim Kebudayaan saat mengunjungi Yohanes Nono, diketahui bahwa proses pembuatan wuli tidak diproduksi setiap saat, hanya 1 wuli selama satu bulan. Wuli dibuat dari kerang khusus yang ditemukan di kedalaman kurang lebih 12 meter, dengan lokasi penemuan yang konon hanya bisa diketahui melalui mimpi atau petunjuk. Proses spiritual juga menyertai pembuatan Wuli, mulai dari upacara pencarian kerang hingga penyelesaian kalung tersebut.

Veronika Ule, tokoh masyarakat dari Kecamatan Jerebuu, menjelaskan bahwa Wuli memiliki makna spiritual mendalam dan berperan penting dalam berbagai upacara adat. “Wuli digunakan dalam upacara pembangunan rumah adat, dan pada budaya Reba, terutama dalam ritual Woko yang digelar setiap 4 Januari di Kampung Bowaru oleh suku Deru,” ungkapnya.
Senada dengan itu, tokoh adat dari etnis Ngadhu Bhaga menegaskan pentingnya menjaga keaslian Wuli yang secara tradisional hanya dimiliki oleh rumah adat tertentu dan digunakan oleh individu terpilih dalam upacara khusus.

Salah satu anggota LPA, Methodius Reo Maghi, menegaskan bahwa Pemerintah Daerah Ngada berkomitmen tinggi terhadap pelestarian budaya. “Salah satu dari lima misi Pemda Ngada saat ini adalah pelestarian kebudayaan, yang juga telah masuk dalam RPJMD yang sedang disusun,” katanya. Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngada, Elisius K. Watungadha, juga menyampaikan pentingnya pelestarian Wuli agar dapat diwariskan kepada generasi muda.
Inventarisasi dan dokumentasi Wuli ini diharapkan menjadi langkah awal yang kuat dalam menjaga eksistensi salah satu warisan budaya paling berharga di Kabupaten Ngada dan memperkenalkannya secara lebih luas sebagai bagian dari kekayaan budaya nasional.
0 Comments