Komunitas masyarakat Adat Desa Nginamanu Selatan menggelar ritual adat Keka Ea pada Minggu,11 Mei 2025. Ritual tahunan ini dilaksanakan sebagai ungkapan syukur atas berkat panen, refleksi kehidupan sepanjang tahun dan harapan akan berkat dan perlindungan di masa datang.

Ritual sakral ini dibuka dengan misa inkulturasi diikuti umat Maladhawe dan malafai. Sebelumnya di sekeliling Kisanata yang menjadi pusat ritual telah ditandai dengan pemasangan Zambo-Kopu pangi dan longge tua sebagai pembatas yang hanya boleh dilewati pembawa ritual.
Dalam prosesi Keka Ea ada batasan penggunaan pakian adat dimana bagi anak dan remaja menggunakan Ze bhulu dan Mbora Zambo, Orang dewasa memakai Pa Sapu, Mbora Zambo Bae dan Mbere sedangkan para tetua memakai Rimba Ndeo, Mbere Kabe, Bhuza dan Ana Wonda.Selesai misa inkulturasi, para tetua adat mulai berkumpul disebuah rumah pokok dan melaksanakan ritual secara tertutup sebelum Bhei Uwi.

Ritual Bhei Uwi menuju ke Kisanata digambarkan dengan memikul berbagai tanaman pangan yang diikat dalam satu gulungan, diarak menuju Kisanata. Di dalam kisanata terdapat Ngandung dan Bhangga yang menjadi lokus utama ritus Keka Ea, simbol eksistensi leluhur Nginamanu selatan. Dalam perjalanan ritual Bhei Uwi ini diiringi dengan tarian dan nyanyian budaya setempat. Syair berisi cerita sejarah perjalanan dan kehidupan nenek moyang, pemujaan dan persembahan kepada leluhur terdahulu, pesan untuk menjaga keseimbangan hidup antara manusia dengan alam sekitar.

Kesakralan ritual ini terlihat dari penyucian lokasi ritual, keterlibatan pelaku ritus hanyalah mereka yang telah mencapai tingkatan adat tertentu, syair dan pemujaan yang telah diatur dan sakral serta kepatuhan untuk melaksanakan semua tahapan ritual.

Hari ini, Senin 12 Mei 2025 upacara adat Keka Ea masih dilanjutkan dengan ritual Zoze Api yang mengandung pesan kemandirian manusia sejak diadakan di muka bumi dan dilanjutkan dengan ritual Rawu yang hanya bisa dilakukan oleh tokoh adat terpilih dan masyarakat kampung diharuskan menjauh saat ritual itu dibuat. Dipercaya, jika suara teriakan saat ritual Rawu itu terdengar, maka akan mendatangkan musibah atau bencana.
0 Comments