Persami Mania Suporter Horo Rasa Meju

Sepak bola adalah seni, menampilkan ketrampilan, kepiawaian, kelincahan dan skill yang variatif. Selalu ada sosok menarik dan tim menonjol yang jadi daya tarik kompetisi bola. Sepak bola juga adalah jembatan untuk membangun relasi, jaringan dan persahabatan. Sisi humanis selalu lahir dari permainan sepak bola yang cenderung dihiasi bentrokan fisik. Musuh dan Sahabat menjadi dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.

Sepak Bola itu permainan yang memberikan diri seutuhnya, jiwa dan raga. Sepak Bola modern saat ini meneropong dan melihat semua sisi termasuk pihak yang terlibat. Fokus publik saat ini tidak hanya pemain, wasit, pelatih, official, tim teknis pertandingan serta infrastruktur pendukungnya. Maka, di Sepak bola kini, suporter dan penonton juga menjadi sorotan. Tidak salah jika di banyak kesebelasan profesional, banyak tim yang membentuk perkumpulan khusus untuk menghimpun sekaligus memberi pencerahan bagi para pendukung mereka. Di beberapa event besar, kerapkali ulah negatif suporter berimbas pada tim mereka. Inilah era industri Sepak Bola dan kita suka tidak suka akan terhisap pada atmosfir ini.

Dari laga penyisihan hingga final akan terlihat fanatisme dari suporter, apapun dilakukan untuk menghadirkan energi tak putus bagi tim kesayangan. Saat laga babak penyisihan dimulai, ramai orang datang untuk menonton sekaligus mendukung tim jagoan mereka. Tak peduli hari panas atau hujan. Dukung mendukung menjadi harga yang tak bisa ditawar. Fanatisme penonton kadang susah diterima dengan akal sehat.

Di perhelatan Soeratin U-17 tahun 2023 di Ngada kali ini, ada beberapa suporter yang cukup menyita publik bola. Sebut saja Ultras Ngada dan Persami Maumere. Ultras sebagai suporter tim tuan rumah tentu hal biasa menghadirkan ribuan pendukung ketika PSN bertanding. Yang menarik adalah pendukung Persami Maumere. Dalam jarak tempuh yang cukup jauh dari Sikka ke Bajawa, sekitar 40 suporter bersama paguyuban Maumere di Bajawa, laskar Nian Tana ini tak kenal lelah datang dan memberi dukungan setiap Persami bermain. Setelah pertandingan, mereka akan kembali pulang ke tanah Nagi. Menempuh perjalanan diatas 8 jam untuk memberi dukungan, memang fanatik. Dan sulit terukur. “Horo rasa Meju”

Suporter Persami tidak hanya datang dengan ciri khas Horo. Mereka membawa bendera, ikat kepala Horo, pernak pernik dukungan dan sebuah spanduk besar berbahasa daerah Bajawa ” Modhe Ne’e Hoga Woe, Meku Ne’e Doa Delu” Diartikan sebagai berbuat baiklah dan bersahabatlah dengan semua orang. Hal ini nampak sederhana tapi istimewa dimata orang Bajawa. Suporter Persami menaruh rasa hormat dan respek kepada orang Ngada, meski hanya lewat tulisan berbahasa daerah Bajawa. Yang berarti orang Ngada juga akan lebih menghormati dan menghargai saudara dari Nagi. Sungguh sepak bola yang indah, Bukan hanya dari kelincahan menggiring bola namun juga kemampuan menjaring persahabatan dan perdamaian.

Terlepas dari semua euforia, pertandingan Sepak Bola ini adalah pelibatan martabat dan kehormatan. Di dalamnya terkandung harga diri, perasaan, rasa senasib sepenanggungan hingga nasionalisme. Sepak bola mustinya berwarna dari tim hingga suporter. Warna yang menyatu indah adalah citra kompetisi bola menuju profesional.

      

Bagikan:

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *