ayasan Puge Figo (YPF) Flores dan Satuan Pendidikan SDK Tatanawolo Sepakat melanjutkan kerja sama bidang pendidikan ekologi bagi siswa.
Kesepakatan tersebut dituangkan dalam surat perjanjian kerja sama (PKS) program ‘Sekolah Mandiri Ekologi’ yang ditandatangani Ketua Yayasan Puge Figo Flores Emanuel Djomba, SS dan Kepala Sekolah SDK Tanawolo Margareta Maria Fatima Noy, S.Pd.
Penandatanganan berlangsung dalam rangkaian kegiatan peluncuran secara resmi ‘Sekolah Mandiri Ekologi’ yang berlangsung Senin, 4 Agustus 2023 di Desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze Kabupaten Ngada.

Peluncuran yang berlangsung sederhana tersebut dihadiri para guru dan semua siswa, Ketua YPF Emanuel Djomba, Pembina YPF Nao Remon, Divisi Edukasi ekologi YPF Sovia Hane Untung dan Maria Kleofania Adja, Pejabat yang mewakili Kepala Desa Nginamanu Ignasius Lingge, Ketua BPD Frid Lingge, tokoh masyarakat yang hadir Markus Nende dan Wihelmus Riwu.
Serangkaian peluncuran ‘Sekokah Mandiri Ekologi’ juga ditetapkan Duta Anak Ekologi, pemilihan guru penanggung jawab ekologi, dan penyerahan silabus beserta perangkat pembelajaran dan buku herbarium.
Kepala SDK Tanawolo, Margareta Maria Fatima Noy, S. Pd mengumumkan nama gurunya yang akan menjadi penanggung jawab pelaksanaan program ‘Sekolah Mandiri Ekologi’, masing-masing Fitri Maria Rosdiana No, S. Pd dan Maria Yasinta Sogo S. Pd. Dan mengumumkan bahwa kegiatan ekologi menjadi ekstrakurikuker wajib di sekolah itu.

Pihak YPF mengumumkan dua siswa yang terpilih sebagai duta anak ekologi setelah melalui evaluasi dan penilaian. Maka terpilih Aito Natanael Remon dan Maria Cantika Bhubhu sebagai Duta Anak Ekologi tahun 2023 guna mendukung program ‘Sekolah Mandiri Ekologi’ di SDK Tanawolo.

Sebelum peluncuran program ‘Sekolah Mandiri Ekologi’, Kepala Divisi Edukasi Ekologi YPF Sovia Hane Untung, menjelaskan secara singkat program sekolah mandiri ekologi. Bahkan beberapa pekan sebelumnya sudah pula dilakukan pembekalan kepada para guru terkait pelaksanaan program ini tentang Ekosistem Sekolah Ekologi.
Ketua Yayasan Puge Figo Flores, Emanuel Djomba mengatakan, dengan diluncurkannya ‘Sekolah Mandiri Ekologi’ maka kegiatan edukasi yang sebelumnya dilaksanakan bersama YPF selama 2,5 tahun, akan dilanjutkan secara mandiri oleh pihak sekolah sebagai sebuah ekosistem.
Dikatakan Emanuel, program “Sekolah Mandiri Ekologi” masih melibatkan YPF dalam jangka waktu lima tahun dengan kegiatan monitoring dan evaluasi. Selama lima tahun suport dana dari YPF akan dikurangi secara bertahap, sehingga diharapkan tahun kelima program ini benar-benar mandiri, selanjutnya tanpa interfensi YPF.
Dia memberi apresisi kepada Kepala Sekolah dan para guru yang telah membuka ruang bagi YPF selama 2.5 tahun untuk bersinergis dalam pendidikan ekologi. Melalui peluncuran ‘Sekokah Mandiri Ekologi’ kerja sama membentuk generasi yang lebih peduli terus berlanjut.
“Kita punya keprihatinan yang sama terhadap kondisi alam dan lingkungan yang terus dirusak. Karena itu YPF memandang sangat strategis bila melalui lembaga pendidikan terjadi penanaman nilai dan perubahan perilaku generasi yang lebih peduli pada lingkungan di masa depan,” papar Emanuel.
Kepala SDK Tanawolo Margareta Maria Fatima Noy, S. Pd memberi apresiasi kepada YPF yang telah bersinergis dengan satuan pendidikan yang dipimpinnya.
Melalui pendidikan ekologi, kata dia, anak lebih peka terhadap lingkungannya. Peluncuran program ini merupakan selangkah lebih maju setelah kerja sama selama 2,5 tahun sebelumnya, melalui edukasi terjadwal dalam ruangan, dan kegiatan di luar ruangan seperti petualang sahabat bumi, study tour, penanaman pohon, kemping ekologi dan kegiatan lainnya.
Dalam rangka internalisasi program, selama 2,5 tahun kegiatan ekologi di sekolah melibatkan peran guru secara aktif. Karena itu program mandiri ekologi menjadi tahapan dimana sekolah dikondisikan agar suatu saat kegiatan ekologi menjadi kultur atau praktik baik komunitas sekolah dalam ekosistem sekolah ekologi.
Praktik-praktik baik yang sudah dilakukan mesti terus dibudayakan sehingga menjadi habit baik bagi guru maupun siswa dalam hidupnya.
Dibagian lain Margareta minta dukungan berbagai pihak, pertama kepada YPF agar tetap memberi suport secara simultan. Kedua, dukungan dari Dinas pendidikan, pemerintah Desa, BPD, tokoh masyarakat maupun masyarakat pada umumnya dalam implementasi program sekolah mendiri ekologi. Dengan begitu apa yang ingin dicapai dapat terwujud.
Diharapkan melalui program ini akan terbentuk karakter siswa yang cinta lingkungan, menanamkan nilai dan sikap pada anak agar cinta pada lingkungan. Karena merusak alam dan lingkungkungan termasuk kejahatan.
Margareta berharap pemerintah desa dan masyarakat ikut memberi suasana nyaman sehingga program penanaman pohon di sekolah misalnya, tidak dirusak hewan warga yang berkeliaran.
Upaya menjaga lingkungan bukan hanya angan-angan tetapi harus diimplementasikan lewat aksi nyata. Dan melalui kegiatan edukasi ekologi di sekolah merupakan momentum menyelamatkan lingkungan di masa depan. Menyiapkan generasi muda sejak usia dini sekaligus menjadi agen perubahan dalam menyelamatkan bumi.
Ketua BPD Frid Lingge dalam sambutannya mengajak kembali pada kearifan lokal dalam mendukung gerakan ekologi.
Kembali kepada keatifan lokal bagaimana nenek moyang kita hidup selaras dengan alam, karena mereka tau bahwa alam memberi mereka kehidupan.
Sekarang ini kerusakan alam dan lingkungan tergolong sudah sangat mengkhawatirkan. “Mari kita sama-sama bangun kesadaran, salah satunya seperti yang dilakukan YPF melalui aksi penanaman pohon dan pendidikan ekologi bagi anak-anak kita,” kata Frid.
Frid berharap, melalui kegiatan edukasi ekologi lahir generasi yang mempunyai wawasan baru, nilai baru dan perilaku baru yang lebih akrab dengan alam dan lingkungan. Lembaga BPD juga akan berupaya suport kegiatan semacam ini melalui kebijakan anggaran melalui dana desa.
Sementara Kepala Desa Nginamanu melaluu Kaur Perencanaan Ignasius Lingge, memberi apresiasi atas upaya YPF yang tak pernah lelah melakukan terobosan pelestarian lingkungan di wilayah ini.
Dia juga apresiasi untuk kerja sama YPF dengan SDK Tanawolo dimana upaya pelestarian lingkungan juga melibatkan anak usia dini pemilik masa depan.
Dia berharap bukan hanya gerakan tanam tetapi juga gerakan rawat. Karena tanpa perawatan apa yang ditanam bisa mubazir.
“Ke depan kita coba berjalan bersama dengan berbagai strategi, misalnya sekarang ada sekolah ekologi, mungkin perlu juga gerakan melalui RT ekologi bahkan hingga desa ekologi sehingga gerakan ini lebih komprehensif melibatkan berbagai elemen.
Pembina YPF yang juga orang tua murid, Nao Remon, membalas apresiasi kepala SDK Tanawolo Margareta Maria Fatima Noy, S.Pd. Sekolah ini, kata Nao Remon terus berkomitmen melanjutkan program ekologi di sekolah dan kini melangkah dalam program yang lebih mandiri.
SDK Tanawolo adalah sekolah pertama yang secara khusus memasukan kegiatan ekologi sebagai bagian dari upaya pembentukan karakter dan penanaman nilai cinta alam.
Setelah sukses kerja sama dengan YPF beberapa tahun sebelumnya, kini SDK Tanawolo lebih yakin lagi melangkah menuju sekolah mandiri ekologi yang akan berjalan secara bertahap dalam jangka waktu lima tahun ke depan.
Untuk diketahui dalam peluncuram ‘Sekolah Mandiri Ekologi’ selain penyerahan silabus dan perangkat pembelajaran edukasi ekologi, juga mendengar pembacaan janji duta anak ekologi.
Tugas duta anak ekologi menjadi komunikator bagi sesama di sekolahnya maupun sekolah lain untuk mengampanyekan gerakan hidup selaras alam. Selain itu membantu guru ekologi dalam menyukseskan program ‘Sekolah Mandiri Ekologi.’