SMPN 2 Bajawa: Tim Redaksi Senja Sabet Juara Pertama di Lomba Reportase Budaya Ngada

Tim Redaksi Senja dari SMPN 2 Bajawa meraih kemenangan dalam Lomba Reportase Budaya Ngada untuk kategori usia 14-18 tahun se-Kabupaten Ngada. Kompetisi bergengsi yang diadakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngada dalam rangka Festival Budaya Ngada tahun 2024 ini, menarik perhatian banyak sekolah dari tingkat SMP hingga SMA. Dari 18 tim se-Kabupaten Ngada yang mengikuti lomba, Tim Redaksi Senja diumumkan sebagai juara dengan judul Reportase Budaya “Watu Nggo” pada Senin 1 Juli 2024 melalui website Portal Ngada. Tim ini terdiri dari siswi atas nama Claudia Khatarina Moi Laga dan Hendrika Fatima Watu Ngea.

Salah satu guru pendamping tim Redaksi Senja, Mario Oktovianus Rato menceritakan proses pembuatan video reportase mulai dari tahapan persiapan pemilihan situs, pembuatan naskah, produksi video di lapangan hingga kendala-kendala yang dihadapi selama proses berlangsung. Menurutnya di SMPN 2 Bajawa telah memiliki kegiatan ekstrakurikuler Reportase, sehingga anak-anak sudah memiliki sedikit pengetahuan.

Persiapan lomba dilakukan kurang lebih sebulan sebelum tahapan produksi dimulai. Beruntung sekolah sudah setahun lebih memiliki ekstrakuler reportase, sehingga pengetahuan tentang teknik reportase sedikitnya sudah dibekali pada anak-anak peserta kompetisi”, jelasnya.

Mario juga menerangkan proses pemilihan situs Watu Nggo yang menjadi objek reportase tim. Pemilihan situs tersebut berawal dari ketertarikan tim pada sebuah postingan salah satu akun Facebook tentang Watu Nggo, dan menurutnya situs tersebut merupakan salah satu aset megalitik masyarakat Ngada yang tidak pernah diekspos, sehingga tim bersepakat untuk menjadikan Watu Nggo sebagai objek reportase.

Ia juga menceritakan proses pembuatan naskah oleh adik-adik yang mengikuti lomba, dan proses pendampingan yang dilakukan oleh guru-guru untuk membimbing tim. ” Setelah ditentukan situs, pembuatan naskah dimulai oleh anak-anak Claudia dan Difa juga pembimbing. Beberapa kali naskah diubah karena pemilihan diksi harus menyesuaikan dengan kemampuan anak sekolah menengah dalam menutur. Ditambah dengan materi dasar tentang Watu Nggo dari narasumber yang sudah disepakati, naskah terus dibuat sambil diisi dengan sela-sela waktu untuk latihan anak-anak melaporkan berita” tuturnya.

Selain mendampingi dalam pembuatan naskah, guru juga membimbing tim untuk teknik videografi. Menurut Mario, salah satu siswa yang mengikuti lomba sudah memiliki pengalaman dalam teknik pengambilan video, sehingga tidak terlalu sulit bagi pembimbing untuk mengarahkannya. “Seminggu sebelum ke lokasi, tim redaksi jadwalkan pendampingan siswa dalam teknik videographer, syukurnya siswa ini ( Nando) juga sedikit berpengalaman bersama osis dalam melaporkan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan osis maupun sekolah lewat video kegiatan. Nando dibandingkan siswa lain, lebih kreatif mengedit video melalui gadget hingga aplikasi. Dasar pengalaman ini mengalihkan Nando untuk mendapatkan bimbingan lebih untuk mengoperasikan Kamera DSLR dalam pembuatan video” jelasnya.

Mario juga menyampaikan bahwa banyak kendala yang dihadapi tim Redaksi Senja dalam proses pembuatan video. Mulai dari waktu pengambilan video terus ditunda karena bersamaan dengan 2 peserta tim yang saat itu juga mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN), cuaca yang kurang bersahabat saat di lokasi pembuatan intro video, sehingga tim harus memilih lokasi lain untuk menyesuaikan dengan waktu & keadaan cuaca, hingga Pembuatan Video di lokasi Watu Nggo harus dilakukan ulang karena sedikit persoalan, sehingga ada banyak informasi yang tidak dilaporkan dalam video serta videografer yang harus diarahkan berulangkali untuk mendapatkan kualitas video yang sesuai harapan pembimbing.

Diakhir Mario mengungkapkan bahwa tim mendapatkan banyak pelajaran melalui lomba ini dan berharap generasi muda harus menjadi tonggak pelestarian budaya. “Harapan besar guru malalui pengalaman ini terkait melestarikan budaya sudah saatnya generasi muda yang lebih bersemangat menjadi pion perubahan. Dengan sumber belajar yang begitu banyak, pembelajaran berbasis media digital di sekolah maupun luar sekolah harus bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang berguna bagi banyak orang” pungkasnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *