Tinju Adat Tadho; Mbela Tadho

Tradisi Mbela atau Tinju tradisional masyarakat Tadho kembali hadir tahun ini di Desa Tadhilo, Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada. Tinju adat merupakan pusat dari aktivitas adat dan kebudayaan masyarakat Tadho yang lebih dikenal dengan “Mbela Tadho”. Tinju adat ini bukan soal kalah atau menang melainkan pertarungan antar laki-laki untuk membuktikan kewibawaan dan harga diri sebagai bagian dalam rangkaian adat mulai dari menanam sampai memanen. Ritual ini dilakukan juga sebagai ungkapan syukur atas panen yang diterima.Tradisi ini telah dijalankan oleh masyarakat Tadho sejak lama secara turun temurun.

Pada awalnya Mbela Tado dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan persembahan pertunjukan bagi raja, tetapi seiring berjalannya waktu, hingga saat ini Mbela Tadho telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat. Penyelenggaraan Mbela Tadho mengikuti kalender budaya dan aturan aturan budaya yang berlaku dan suku yang menjalani tradisi ini adalah suku Nanu dan suku Wire.

Dalam tradisi ini, petinju tidak menggunakan sarung tangan tinju melainkan menggunakan alat tinju adat yang disebut oleh masyarakat setempat sebagai ” Wolet”. Wolet adalah alat tinju yang terbuat dari tulang koli yang dililit dengan kain dan diikat dengan pukat gala, bagian atasnya ditaruh dengan kumpulan pecahan kaca dan batu yang direkatkan menggunakan nana pohon. Alat tinju ini tidak dimiliki oleh semua masyarakat Tadho hanya segelintir saja yang memilikinya. Alat tinju ini pun ketika akan digunakan harus melalui ritual terdahulu, untuk mengeluarkanya dari dalam rumah.

Tinju dapat menggunakan kedua tangan, dengan salah satu tangan memegang alat tinju tradisional. Namun tinju ini tidak diizinkan menggunakan kaki. Selain itu tinju ini berlangsung dengan beberapa aturan adat dan jika aturan-aturan tersebut dilanggar, maka individu tersebut harus menerima hukuman atau membayar sesuatu sesuai dengan kesepakatan bersama. Pasangan tinju adat yang bertarung pun terdiri dari dua kubu yang berlawanan yang dipilih oleh para tokoh adat kampung di kerumunan penonton yang sedang menyaksikan kegiatan tersebut. Masyarakat setempat percaya bahwa semakin berdarah tinju tersebut, maka hasil panen mereka akan berlimpah. Para petinju yang terluka dalam pertarungan akan disembuhkan dengan usapan air liur dari tetua adat setempat di area yang terluka.

Rangkaian tradisi tinju tradisional tersebut dimulai dari upacara Wa’u Gong, Mbela Loe, Mbela Mese dan Mbela Tadho. Diketahui pada hari ini, Selasa 9 Juli 2024 tradisi Mbela Look (tinju anak) khusus pada anak-anak mulai dilakukan. Anak-anak begitu antusias mengambil bagian dalam tradisi ini, mulai dari usia anak-anak hingga remaja. Kegiatan Tinju Adat Tadho akan dilaksanakan selama 3 hari dimulai hari ini, Selasa, 9 Juli 2024 s/d hari Kamis tanggal 11 Juli 2024.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *